Wednesday 10 July 2019

Cradle Mountain, Destinasi Wajib di Tasmania. Sebagus Apa, sih?



 
Dzaki, Faqih, Aku, Tifani. Mereka masih single, guys :)
Ladies and Gentlemen, welcome to the last stop, Dove Lake. 
Setelah sampai didepan danaunya, aku teringat dengan negeri dongeng. Ternyata, dia nyata.

Perjalanan dari Bridgewater, tempat tinggal kami, menuju Cradle Mountain memakan waktu hampir 4 jam menggunakan mobil. Kami akan naik gunung, turun, lalu naik lagi. Jalannya mengingatkanku pada Tawangmangu, daerah pegunungan di Karanganyar, Jawa Tengah.

Aneh, aku ini sudah hampir setengah tahun tinggal di Tasmania, tapi lagaknya masih kayak turis. Sedikit-sedikit ‘Woooooowwww….’ Sedikit-sedikit ‘Subhanalloh….’  Yang awalnya berpikir perjalanan panjang akan sangat membosankan, pada kenyataannya aku tidak berhenti menatap keluar jendela. Memasuki daerah pegunungan, kami disambut kabut tebal yang menghalangi pandangan. Jalanan berkelok dengan jarak pandang terbatas, mengharuskan mobil ini sedikit lebih pelan. Memang, hari masih pagi ketika kami pergi. Jangankan di daerah pegunungan, di kota saja terkadang kabut tebal masih ada sepanjang pagi.

Perlahan kabut tebal menghilang. Pemandangan menakjubkan lainnya hadir. Bukan kali pertama aku melihat perbukitan dengan rumah-rumah kuno yang jarang letaknya. Sapi-sapi menhambur mencari makan di hamparan rerumputan hijau. Semakin kesana, rumput terlihat semakin putih dan putih. Lagi-lagi aku bilang WOW. Tak hanya rumput, dahan, ranting, bahkan atap rumah membeku bak diselimuti salju. Waaaahh… bisa saja kita bertemu ‘si putih lembut’ ini nanti disana. Percaya nggak, aku belum pernah megang salju. Kalau lihat, ya pasti pernah dong. Haha

Daerah-daerah yang kami lewati benar-benar membuatku terjaga. Bukannya ndeso, tapi emang beneran bagus, lho! Bothwell, Great Lake, Miena semuanya terlihat klasik, dingin, dan misterius.  Mirip seperti rumah-rumah kuno yang ada di novel atau film klasik Eropa. Eh, itu ndeso ya? Biarin, deh! :D

Perjalanan kami agak mengular karena berhenti mencari toilet umum di daerah Great Lake. Kami menemukan pom bensin kecil yang sepi dengan toko dibelakangnya. Ada dua anjing besar yang menyambut kami setelah turun mobil, membuntuti sampai toilet. Aku dan temanku sampai hampir terpleset karena lari menghindarinya. Waktupun mengular lagi, sebab sehabis buang air kecil kami malah sibuk foto. Yaaaa gimana ya… bagus banget sih.
depan pom bensin

Sesampai di gerbang masuk National Park, kami cukup mengeluarkan National Park Pass dari dalam mobil lalu mengarahkannya ke kamera agar bisa masuk ke dalam. Namun sayang, kamera tidak mengenalinya sehingga kami harus menuju Tourist Information Centre untuk menanyakan hal ini.

Kami putar balik untuk menuju kesana. Petugas menyarankan untuk memperpanjang masa berlaku atau membayar per orangnya. Sayang sekali. Padahal masa berlakunya masih ada. Tapi, yasudahlah  -_-

Ada dua opsi yang bisa kami pilih. Membayar sesuai dengan jumlah orang, atau memperpanjang masa berlaku. Mau tidak mau kami harus ikut rombongan tour bus dengan membayar $16.50 per orang. Tapi, karena kami sebelumnya sudah pernah punya National Park pass, maka harga menjadi $9 per orang. Harga ini sudah termasuk perpanjangan masa berlaku selama 8 minggu kedepan.

Akan ada tour bus yang membawa rombongan wisatawan setiap 20 menit. Penuh atau tidak, mereka tetap jalan. Dove Lake adalah tempat pemberhentian yang kami ingn tuju. Sebelum menuju kesana, ada juga 3 pemberhentian yang nggak kalah keren. Tapi kami enggan turun satu persatu, mengingat hari itu jam sudah menunjukkan pukul 2PM. Sedangakan bus terakhir untuk menuju information centre adalah pukul 4PM.

Tour guide dalam bus adalah supir bus itu sendiri. Sepanjang perjalanan, tidak ada penumpang yang berbicara karena khusyuk mendengarkan penjelasannya. Jalanan menuju Dove Lake sempit dan berliku. Kalau bertemu bus dari lawan arah, salah satu dari kami harus mengalah.

Setelah 20 menit, sampailah kami di tujuan, Dove Lake! Kami menghambur cepat begitu bus berhenti. Aku berlari seperti anak kecil kearah danau seperti anak kecil yang habis ditinggal ibunya ke toilet. Aku…aku… rasanya seperti mimpi. Menyaksikan keindahan ciptaan sang Kuasa didepan mata, mengingatkanku akan satu tempat yang selama ini aku impikan, Swiss!!!
tiket bus



Tau nggak, Tasmania punya julukan Switzerland of the South. Belum jelas siapa yang memberi julukan tersebut, tapi yang pasti keduanya memang mirip. Danau berarir bening dikelilingi padang ilalang dan dipeluk gunung-gunung berpuncak lancip ini, walau tak persis namun sama dengan yang ada di Swiss. Sayang, suhu -1o saat itu ternyata tak cukup dingin untuk menghasilkan salju. Eh, tapi ada salju sedikit diujung gunungnya. Pertengahan Juli hingga awal Agustus, bisa jadi moment yang pas buat kalian kemari yang ingin main salju.  Tak puas melihat dari bawah, kami mencoba mendaki sepuluh menit menuju Lookout point. Dan, inilah hasilnya.
pemandangan dari look out point


Cradle mountain emang salah satu wisata primadona kalau kalian ke Tasmania. Buat yang pingin main salju, cek selalu weather forecast setempat. Pastikan ada gambar salju dihapemu biar nggak kecewa kalau sudah sampai sini. Persiapkan perlengkapan seperti jaket tebal yang anti air, sepatu khusus, celana (jangan cotton atau denim), sarung tangan, camilan, dan air minum. Sebelum berangkat, jangan lupa isi bensin dulu rek. Kalau kalian pakai rute punyaku, Cuma ada dua pom bensin sepanjang perjalanan, di daerah Bothwell dan Great Lake. Happy Winter Holiday!





No comments:

Post a Comment